Ratusan nelayan di pesisir Jakarta Utara mendesak Suku Dinas (Sudin) Peternakan Perikanan dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara, untuk memenuhi komitmennya untuk melakukan pemberantas kapal trowl. Pasalnya, hingga saat ini kapal yang menangkap ikan dengan menggunakan jaring ‘pukat harimau’ itu hingga saat ini masih berkeliaran dan sangat meresahkan nelayan.
Kondisi itu membuat nelayan
Cilincing, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara, geram, puncaknya Selasa (8/7) malam.
Ratusan nelayan menggelar berdemo menuntut ketegasan petugas yang dinilai hanya
membuat angin surga kepada nelayan yang hanya ingin menertiban kapal trowl. “Semalam
memang ratusan nelayan yang ada di daerah Cilincing, Jakarta Utara sempat menggelar
aksi demi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing. Mereka mendesak supaya Sudin
P2K untuk lebih tegas menertibkan kapal jaring pekat harimau,”kata Vani,38,
salah seorang warga Cilincing, Jakarta Utara.
Menurutnya, dalam aksi demo
itu juga sempat diwarnai dengan pelemparan baru kearah kapal yang diduga
menjaring ikan dengan menggunakan jaring pukat harimau. Akibatnya puluhan anak
buah kapal (ABK) itu berhamburan menjeburkan diri ke kalu Cakung draein untuk
menyelamatkan diri.
Beruntung pada saat itu
tidak ada korban jiwa, hanya saja beberapa orang sempat mengalami luka-luka
ringan. Emosi warga itu berhasil direda setelah beberapa tokoh masyarakat yang
ada di lokasi mengadakan pertemuan dan membuat kesepakan.
Pernyataan yang sama juga disampaikan
oleh Dariman, 36, salah seoarang nelayan di Kelurahan Cilincing. Pria itu
mengaku dirinya dan teman-temannya sering melihat kapal trowl beroperasi di
lautan sekitar Jakarta dan Kepulauan Seribu. “ Padahal dulu Sudin P2K Jakarta
Utara pernah berjanji wilayah itu bebas dari kapal trowl, nyatanya mana. Jangan
banyak ngomong lah, buktiin dulu,”katanya.
Sebab saat ini di lapangan sejak
aturan larangan operasi kapal trowl berlaku awal bulan lalu, dirinya beberapa
kali melihat kapal trowl masih bebas
berlayar. Bahkan akhir pekan lalu, dia melihat kapal trowl dengan bebas
menjaring ikan di wilayah operasi nelayan Cilincing. Karena itu, dia dan
teman-temannya meminta petugas segara melakukan tindakan tegas.
Jika tidak, dia khawatir
akan terjadi bentrok antara nelayan kecil dengan pemilik kapal trowl.
”Situasinya sudah mulai panas, kalau petugas tidak bergerak saya khawatir bisa
terjadi benturan,” ungkapnya.
Dariman mengatakan, kapal
trowl sangat mengganggu nelayan kecil. Tidak hanya membuat hasil tangkapan ikan
berkurang, jaring pukat harimau yang digunakan kapal trowl juga merusak habitat
laut. Kondisi membuat nelayan resah, karena itu mereka mendukung Plt Gubernur
DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengeluarkan larangan operasi kapal trowl.”Mereka
(pemilik kapal trowl) merusak, tapi petugas tidak ada tindakan apapun,”
keluhanya.
Sementara itu, Kepala Sudin
P2K Jakarta Utara Sri Haryati mengungkapkan, sejak awal Juni memanng pihaknya
rutin melakukan patroli. Dia membantah laporan nelayan Cilincing yang
mengatakan masih ada kapal trowl beroperasi.
“Sejak patroli
dilaksanakan, tidak ada satupun petugas yang melihat kapal trowl berlayar di wilayah
peraiaran Jakarta. Itu tidak betul itu (laporan nelayan), kami pantau tidak ada apa-apa. Saya juga sudah pastikan tidak ada kapal
trowl di Jakarta Utara,” ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar