Penurunan permukaan tanah di wilayah Provinsi DKI Jakarta dilaporkan terus meningkat. Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengatakan air permukaan dapat menjadi solusi agar mencegah hal tersebut.
Sebelumnya, Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan penurunan
permukaan tanah di Kota Jakarta mencapai lima centimeter (cm) per tahun. Salah
satu solusi agar permukaan tak kembali turun, menurut Sekretaris Ditjen SDA
Kementerian PU, Mudjiadi, adalah dengan tak lagi menyedot air tanah terlalu
banyak.
Selain itu, masyarakat dianjurkan
mengambil air permukaan atau air yang terkumpul di atas tanah. Air dipermukaan
termasuk di mata air, sungai danau, lahan basah, maupun laut.
Penurunan ini terutama terjadi di
wilayah utara Kota Jakarta. Hal ini, disamping karena pengambilan air yang
kerap dilakukan, di wilayah utara sifat tanah cenderung lunak.
Selain itu, penuruan tanah di banyak
wilayah Jakarta juga banyak terjadi karena dipengaruhi pembangunan
infrastruktur, seperti gedung-gedung tinggi, juga drainase.
Untuk mengatasi penurunan muka tanah
yang berdampak banjir di wilayah pesisir utara di DKI tersebut, ternyata
mendapat perhatian serius Suku Dinas (Sudin) Pekerjaan Umum (PU) Tata Air
Jakarta Utara.
Kepala Sudin PU Tata Air Jakut,
Wagiman Silalahi, menuturkan, jalan paling aman untuk menyalamatkan Jakarta
Utara dari banjir adalah membuat sistem polder terpadu. Dia mencontohkan,
sistem polder di Pantai Idah Kapuk (PIK).
“Walaupun letaknya dekat sekali
dengan laut itu (PIK) seratus dua ratus tahun tidak akan banjir. Karena memang
poldernya sudah baik,” ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar